3.1. KONEKSI ANTAR MATERI SUYUTI CGP ANGK. 2 SMAN 5 SOPPENG
“Mengajarkan
anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama
adalah yang terbaik”
(Teaching kids to
count is fine but teaching them what counts is best)-Bob Talbert
Bisa bermakna : Mengajarkan
anak hal kecil bermakna itu baik, namun mengajarkan mereka hal-hal besar
berguna/bermanfaat lebih adalah yang
terbaik”
1. Bagaimana
pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh
terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin
pembelajaran diambil?
Adapun Pandangan Ki
Hajar DewantaraA, Guru adalah “penuntun “ segala kekuatan
kodrat (kodrat alam & kodrat zaman) murid agar mereka dapat mencapai keselamatan
dan kebahagiaan setinggi-tingginya. “Penuntun”,
ini bisa bermakna “Pemimpin
Pembelajaran”, yang berpusat pada murid. Guru Sebagai pemimpin
pembelajaran, hendaknya mampu menggabungkan strategi pengajaran dan
pembelajaran dengan kearifan lokal dan filosofi Pratap
Triloka dari Ki Hajar Dewantara (1889-1959) yaitu “ Ing
ngarsa sung tuladha, Ing madya mangun karsa, Tutwuri handayani.”
Sehingga bisa berperan sebagai fasilitator dan mitra belajar bagi murid. Berdasarkan hal tersebut diatas guru sebagai
pemimpin pembelajaran sudah sepatutnya mampu menerapkan pengambilan keputusan yang
berpihak pada murid, dengan menerapkan 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah
pengambilan keputusan. Harapannya bahwa murid
akan lebih nyaman untuk berkomunikasi dan menentukan pilihan keputusan
bersama dengan guru , dan para guru akan lebih memperhatikan kepentingan
muridnya.
2. Bagaimana
nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip
yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?
Adapun Nilai-nilai diri sebagai seorang guru
tentunya harus diteladankan seperti Ketaatan ketaqwaan, nilai kebaikan, kejujuran, tanggung jawab,
disiplin (Ibadah dan kerja/belajar), toleransi, gotong-royong dan masih banyak
lagi lainnya. Sebagai Guru Penggerak, tentunya ada beberapa nilai yang harus
dipegang seperti nilai mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak
pada murid. Pada Saat kita menghadapi situasi dilema etika (Benar Vs
Benar) , akan ada nilai-nilai kebajikan mendasari yang bertentangan seperti
cinta dan kasih sayang, kebenaran, keadilan, kebebasan, persatuan, toleransi,
tanggung jawab dan penghargaan akan hidup. Begitu juga jika kita
berhadapan dengan situasi bujukan moral (Benar Vs Salah). Setiap mengambil
keputusan diperlukan nilai atau prinsip dan pendekatan sehingga keputusannya tepat sehingga bermanfaat untuk semua pihak,
terutama keberpihakan pada kepentingan murid. Pengambilan keputusan yang bertanggung jawab,
diperlukan kompetensi sosial emosional berikut: kesadaran diri (self
awareness), pengelolaan diri (self management), kesadaran sosial (social
awareness) dan ketrampilan berhubungan sosial (relationship skills). Pengambilan
keputusan harus dilakukan secara sadar penuh (mindfull), terutama sadar dengan
berbagai pilihan dan konsekuensinya.
3. Bagaimana kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’(bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut?
Kegiatan terbimbing yang kita lakukan perlu melibatkan pihak terkait agar pengambilan keputusan bisa tepat sasaran dan penuh kebermanfaatan terutama yang berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’. Dalam aspek pembelajaran dikelas guru sebagai pembawa agen perubahan harus bisa mengetahui kebutuhan belajar murid sekaligus sebagai memberi contoh yang baik bagi siswa memahami karakter belajar siswa serta kondisi social emosional sebagai pemimpin pembelajaran dikelas. Dalam hal ini juga untuk terciptanya profil pelajar Pancasila siswa harus bisa menyelesaiakan sendiri persoalan belajarnya di kelas yang merupakan dilemma bagi mereka, dan di sinilah penting pendekatan Coaching, dimana guru sebagai coach memberi pertanyaan pemantik yang akan dijawab oleh siswa untuk menyelesaikan sendiri setiap persoalan yang dilaminya terutama yang merupakan dilema baginya. Guru sebagai pemimpin pembelajaran selalu bersedia meluangkan waktu jika siswa membutuhkan, atau jika meihat ada perubahan belajar yang menurun pada siswa. Coaching dan itu tidak terlepas dari komunikasi yang baik antara coach dan coachee, Harapan coaching dapat mengatasai masalah belajar siswa.
Program ini efektif jika dapat membuat murid menjadi
lebih merdeka dalam belajar untuk mengeksplorasi diri guna mencapai tujuan
pembelajaran dan memaksimalkan potensi yang dimilikinya. Harapannya,
proses coaching dapat dijadikan langkah tepat bagi guru dalam membantu murid memaksimalkan potensinya, termasuk dalam hal
pengambilan keputusan. Coaching merupakan proses untuk mengaktivasi kerja
otak murid. Pertanyaan-pertanyaan reflektif yang diberikan Coach dapat membuat
murid melakukan metakognisi untuk mengambil keputusan dengan memilih sendiri
alternatif/solusi dari permasalahan yang dihadapinya tanpa paksaan dan campur
tangan orang lain.
TIRTA merupakan model coaching yang dikembangkan dengan semangat merdeka belajar. Model TIRTA menuntut guru untuk memiliki keterampilan coaching. Hal ini penting mengingat tujuan coaching, yaitu untuk melejitkan potensi murid agar menjadi lebih merdeka. TIRTA adalah akronim dari Tujuan Identifikasi Rencana aksi , TAnggung jawab. TIRTA adalah satu model coaching yang diperkenalkan dalam Program Pendidikan Guru Penggerak saat ini. TIRTA dikembangkan dari Model GROW . GROW adalah akronim dari Goal, Reality, Options dan Will.
4. Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?
Pada saat Guru berhadapan dengan kasus-kasus yang fokus
pada masalah moral atau etika, maka nilai-nilai diri yang dianut dan yang
paling dihargai oleh seorang pendidik akan sangat mempengaruhi dalam proses
pengambilan keputusan. Nilai-nilai yang dianut oleh Guru Penggerak
seperti mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak
pada murid , tentunya akan sangat mempengaruhi paradigma dan
prinsip pengambilan keputusan seorang Guru Penggerak . Pada dasarnya nilai dan
peran seorang pendidik dalam mewujudkan visi pendidikan yang berpusat pada
murid akan berperan penting disini. Pengambilan keputusan pada masalah moral
atau etika yang benar,tepat sasaran dan minim resiko bagi murid adalah tujuan
utama. Dengan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan , maka diharapkan
dapat diperoleh keputusan yang dapat mengakomodasi semua kepentingan dari
pihak-pihak yang terlibat dalam kasus tersebut. Namun tujuan utama pengambilan
keputusan harus selalu diarahkan pada
kepentingan dan keberpihakan pada murid .
5. Bagaimana pengambilan keputusan yang
tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif,
aman dan nyaman?
Adapun yang Pengambilan keputusan yang tepat
tekait kasus-kasus pada masalah moral atau etika hanya dapat dicapai jika
dilakukan melalui 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan . Dapat
dipastikan bahwa jika pengambilan keputusan dilakukan secara akurat melalui
proses analisis kasus yang cermat dan sesuai dengan 9 langkah tersebut, maka
keputusan tersebut diyakini akan mampu mengakomodasi kepentingan semua kepentingan dari pihak-pihak yang
terlibat , maka hal tersebut akan berdampak pada terciptanya lingkungan yang
positif, kondusif, aman dan nyaman.
6. Selanjutnya, apakah
kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk
menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah
ini kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan Anda?
Sebagai makluk sosial dan sebagai pemimpin
pembelajaran dalam pengambilan suatu keputusan tidak akan luput dari dilema
etika dan bujukan moral. Dilema etika merupakan situasional, yaitu antara
benar-benar memegang aturan demi suatu keadialan. Namun terkadang
kita susah membedakan mana yang merupakan dilema etika dan bujukan moral,
misalnya saja kasus berbohong yang sudah pasti merupakan tindakan salah ,
meskipun tujuannya baik tetap saja merupakan kesalahan. Adapun Kesulitan-kesulitan yang dialami di lingkungan saya dalam
mengambil keputusan seperti Kesulitan yang bersumber pada diri pribadi pengambil
keputusan dan kemampuan terbatas dalam
memahami informasi yang berkaitan dengan kasus yang ditangani akibatnya kadang timbul perbedaan pandangan diantara
pihak-pihak yang terlibat dalam kasus yang mempersulit tercapainya kesepakatan.
Biasanya Kesulitan-kesulitan diatas kembali ke masalah perubahan paradigma lama
di lingkungan sekolah namun mulai ada perubahan positif dengan adanya kegiatan calon
guru penggerak.
Ada 4 paradigma yang perlu diperhatikan
sebelum mengambil sebuah keputusan dalam dilema etika,
·
Individu lawan
masyarakat (individual vs community)
·
Rasa keadilan lawan
rasa kasihan (justice vs mercy)
·
Kebenaran lawan
kesetiaan (truth vs loyalty)
·
Jangka pendek lawan jangka
panjang (short term vs long term)
Selain itu ada tiga
prinsip yang yang membantu menghadapi pilihan yang penuh tantangan (Kidder
,2009, hal 144) ketiga prinsip itu adalah
·
Berpikir berbasis
hasil akhir (ends-based Thingking)
·
Berpikir berbasis
peraturan (rule base thingking)
·
Berpikir berbasis rasa
peduli (care base thingking)
Dan bagaimana cara
mengujinya? Ini adalah 9
langkah pengambilan dan pengujian keputusan yang disusun secara berurutan sebagai berikut:
1.
Mengenali ada
nilai-nilaia yang saling bertentangan dalam situasi ini
2.
Menentukan siapa yang terlibat
dalam situasi ini
3.
Kumpulkan fakta-fakta
yang relevan dalam situasi ini
4.
Pengujian benar atau
salah (Uji legal, Uji Regulasi/Standar Profesiaonal, Uji intuisi, Uji halaman
Depan Koran, Uji Panutan/Idola )
5.
Pengujian paradigm
benar atau salah
6.
Prinsip pengambilan
keputusan
7.
Investigasi Opsi
Trilema
8.
Buat keputusan
9.
Tinjau lagi keputusan
Anda dan refleksikan
7. Dan pada akhirnya, apakah pengaruh
pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan
murid-murid kita?
Sebagai seorang
pendidik yang merupakan salah satu calaon guru penggerak saya merasa
terbantu dengan penjelasan materi dari modul 3.1 sebab sebelumnya kita sering
menemukan dilema namun kita belum bisa mengambil sebuah keputusan dengan baik baik terutama
saat menemuka masalah belajar pada siswa, dengan semua materi yang telah
dipelajari dari modul pendidik sudah seharusnya meberikan keputusan yang
bersifat positif, membuat siswa merasa nyaman, dan tenang. Semuanya dilakukan
untuk memerdekan siswa dalam mencapai keselamatan dan kebahagiaan belajar
mereka. Karena itu,
pengambilan keputusan yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran hendaknya
dapat “menuntun” dan memberikan ruang bagi murid dalam proses pengajaran untuk
merdeka mengemukakan pendapat dan mengekspresikan ilmu -ilmu baru yang
didapatnya. Dengan demikian murid-murid dapat belajar mengambil keputusan yang
sesuai dengan pilihannya sendiri tanpa paksaan dan campur tangan orang lain.
8. Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran
dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan
murid-muridnya?
Dengan memberi
nilai-nilai positif, menciptakan rasa nyaman pada siswa merupakan motivasi
seorang pendidik dalam mengambil keputusan. Pada saat guru menjadi pemimpin pembelajaran , maka dalam melakukan
pengambilan keputusan yang memerdekakan dan berpihak pada murid dipastikan
murid-muridnya belajar menjadi orang-orang
yang merdeka, kreatif , inovatif dalam mengambil keputusan yang menentukan bagi
masa depan mereka sendiri. Akhirnya murid akan tumbuh menjadi pribadi-pribadi
yang matang, penuh pertimbangan dan cermat dalam mengambil keputusan-keputusan
penting bagi kehidupan dan pekerjaannya.
9. Apakah kesimpulan akhir yang
dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan
modul-modul sebelumnya?
Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin
Pembelajaran dengan modul-modul yang telah dipelajari sebelumnya merupakan
suatu tidak terpisahkan untuk mencapai kemerdekaan dalam belajar pada murid, Ki
Hajar Dewantara dalam menuntut segala proses dan kodrat/potensi anak untuk
mencapai sebuah keselamatan dan kebahagiaan belajar, baik untuk dirinya
sendiri, sekolah maupun masyarakat. Selain itu juga dimana proses
pembelajaran di seorang pendidik harus bisa melihat kebutuhan belajar pada anak
serta mengelolah kompertensi social emosional dalam mengambil sebuah keputusan
sebagai pemimpin pembelajaran.
Pendekatan Coaching juga merupakan salah satu
pendekatan yang membantu siswa dalam mencari solusi atas masalahnya sendiri
dan hal inilah yang merupakan salah satu trik sebagai seorang pendidik bisa
mengetahui permasalahan yang dialami oleh siswa lewat pertanyaan-pemantik saat
coaching. Sebagai seorang guru penggerak juga harus mengetahui permasalahan
yang dialami oleh rekan sejawat dalam proses pembelajaran dan coahing dapat
menemukan jawaban atas setiap pertanyaan untuk menemukan solusi maka
terciptalah budaya postif pada lingkungan belajar di sekolah dan komunitas
praktisi. Kemampuan mengambil sebuah keputusan dalam dilema etika dengan menggunakan 4 paradigma tiga prinsip Berpikir
serta 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan membantu
Para pendidik mampu membuat keputusan sebagai pemimpin
pembelajaran merupakan cita-cita guru masa depan, dan proses pengambilan keputusan
sesuai dilema etika atau bujukan moral.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar