Senin, 13 September 2021

3.1. KONEKSI ANTAR MATERI SUYUTI CGP ANGK. 2 SMAN 5 SOPPENG

 3.1. KONEKSI ANTAR MATERI SUYUTI CGP ANGK. 2 SMAN 5 SOPPENG

 

Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik”

(Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best)-Bob Talbert

Bisa bermakna : Mengajarkan anak hal kecil bermakna itu baik, namun mengajarkan mereka hal-hal besar berguna/bermanfaat lebih  adalah yang terbaik”

1. Bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil?

Adapun Pandangan Ki Hajar DewantaraA, Guru adalah “penuntun “ segala kekuatan kodrat (kodrat alam & kodrat zaman) murid agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.  “Penuntun”,  ini bisa bermakna “Pemimpin Pembelajaran”, yang berpusat pada murid. Guru Sebagai pemimpin pembelajaran, hendaknya mampu menggabungkan strategi pengajaran dan pembelajaran  dengan kearifan lokal dan filosofi Pratap Triloka dari Ki Hajar Dewantara (1889-1959) yaitu “ Ing ngarsa sung tuladha, Ing madya mangun karsa, Tutwuri handayani.” Sehingga bisa berperan sebagai fasilitator dan mitra belajar bagi murid. Berdasarkan hal tersebut diatas guru sebagai pemimpin pembelajaran sudah sepatutnya mampu menerapkan pengambilan keputusan yang berpihak pada murid, dengan menerapkan 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengambilan keputusan. Harapannya bahwa murid  akan lebih nyaman untuk berkomunikasi dan menentukan pilihan keputusan bersama dengan guru , dan para guru akan lebih memperhatikan kepentingan muridnya.

2. Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Adapun Nilai-nilai diri sebagai seorang guru tentunya harus diteladankan seperti Ketaatan ketaqwaan,  nilai kebaikan, kejujuran, tanggung jawab, disiplin (Ibadah dan kerja/belajar), toleransi, gotong-royong dan masih banyak lagi lainnya. Sebagai Guru Penggerak, tentunya ada beberapa nilai yang harus dipegang seperti nilai mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak pada murid. Pada Saat kita menghadapi situasi dilema etika (Benar Vs Benar) , akan ada nilai-nilai kebajikan mendasari yang bertentangan seperti cinta dan kasih sayang, kebenaran, keadilan, kebebasan, persatuan, toleransi, tanggung jawab dan penghargaan  akan hidup. Begitu juga jika kita berhadapan dengan situasi bujukan moral (Benar Vs Salah). Setiap mengambil keputusan diperlukan nilai atau prinsip dan pendekatan sehingga keputusannya  tepat sehingga bermanfaat untuk semua pihak, terutama keberpihakan pada kepentingan murid.  Pengambilan keputusan yang bertanggung jawab, diperlukan kompetensi sosial emosional berikut:  kesadaran diri (self awareness), pengelolaan diri (self management), kesadaran sosial (social awareness) dan ketrampilan berhubungan sosial (relationship skills). Pengambilan keputusan harus dilakukan secara sadar penuh (mindfull), terutama sadar dengan berbagai pilihan dan konsekuensinya.

3. Bagaimana kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’(bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? 

Kegiatan terbimbing yang kita lakukan  perlu melibatkan pihak terkait agar pengambilan keputusan bisa tepat sasaran dan penuh kebermanfaatan terutama yang berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’. Dalam aspek pembelajaran dikelas guru sebagai pembawa agen perubahan harus bisa mengetahui kebutuhan belajar murid sekaligus sebagai memberi contoh yang baik bagi siswa memahami karakter belajar siswa serta kondisi social emosional sebagai pemimpin pembelajaran dikelas. Dalam hal ini juga untuk terciptanya profil pelajar Pancasila siswa  harus bisa menyelesaiakan sendiri persoalan belajarnya di kelas yang merupakan dilemma bagi mereka, dan di sinilah penting pendekatan Coaching, dimana guru sebagai coach memberi pertanyaan pemantik yang akan dijawab oleh siswa untuk menyelesaikan sendiri setiap persoalan yang dilaminya terutama yang merupakan dilema baginya. Guru sebagai pemimpin pembelajaran selalu bersedia meluangkan waktu jika siswa membutuhkan, atau jika meihat ada perubahan belajar yang menurun pada siswa. Coaching dan itu tidak terlepas dari komunikasi yang baik antara coach dan coachee, Harapan coaching dapat mengatasai masalah belajar siswa.  

Program ini efektif jika  dapat membuat murid menjadi lebih merdeka dalam belajar untuk mengeksplorasi diri guna mencapai tujuan pembelajaran dan memaksimalkan potensi yang dimilikinya. Harapannya, proses coaching dapat dijadikan langkah tepat bagi guru dalam  membantu murid  memaksimalkan potensinya, termasuk dalam hal pengambilan keputusan. Coaching merupakan proses untuk mengaktivasi kerja otak murid. Pertanyaan-pertanyaan reflektif yang diberikan Coach dapat membuat murid melakukan metakognisi untuk mengambil keputusan dengan memilih sendiri alternatif/solusi dari permasalahan yang dihadapinya tanpa paksaan dan campur tangan orang lain.

TIRTA merupakan model coaching yang dikembangkan dengan semangat merdeka belajar. Model TIRTA menuntut guru untuk memiliki keterampilan coaching. Hal ini penting mengingat tujuan coaching, yaitu untuk melejitkan potensi murid agar menjadi lebih merdeka.  TIRTA adalah akronim dari Tujuan Identifikasi Rencana aksi , TAnggung jawab. TIRTA adalah satu model coaching yang diperkenalkan dalam Program Pendidikan Guru Penggerak saat ini. TIRTA dikembangkan dari Model GROW . GROW adalah akronim dari Goal, Reality, Options dan Will

4. Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

Pada saat  Guru berhadapan dengan kasus-kasus yang fokus pada masalah moral atau etika, maka nilai-nilai diri yang dianut dan yang paling dihargai oleh seorang pendidik akan sangat mempengaruhi dalam proses pengambilan keputusan. Nilai-nilai yang dianut oleh Guru Penggerak seperti mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak pada murid , tentunya akan sangat mempengaruhi paradigma dan prinsip pengambilan keputusan seorang Guru Penggerak . Pada dasarnya nilai dan peran seorang pendidik dalam mewujudkan visi pendidikan yang berpusat pada murid akan berperan penting disini. Pengambilan keputusan pada masalah moral atau etika yang benar,tepat sasaran dan minim resiko bagi murid adalah tujuan utama. Dengan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan , maka diharapkan dapat diperoleh keputusan yang dapat mengakomodasi semua kepentingan dari pihak-pihak yang terlibat dalam kasus tersebut. Namun tujuan utama pengambilan keputusan harus selalu diarahkan  pada kepentingan dan keberpihakan pada murid .

5. Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman?

Adapun yang Pengambilan keputusan yang tepat tekait kasus-kasus pada masalah moral atau etika hanya dapat dicapai jika dilakukan melalui 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan . Dapat dipastikan bahwa jika pengambilan keputusan dilakukan secara akurat melalui proses analisis kasus yang cermat dan sesuai dengan 9 langkah tersebut, maka keputusan tersebut diyakini akan mampu mengakomodasi kepentingan  semua kepentingan dari pihak-pihak yang terlibat , maka hal tersebut akan berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

6. Selanjutnya, apakah kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah ini kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Sebagai makluk sosial dan sebagai pemimpin pembelajaran dalam pengambilan suatu keputusan tidak akan luput dari dilema etika dan bujukan moral. Dilema etika merupakan  situasional, yaitu antara benar-benar  memegang  aturan demi suatu keadialan. Namun terkadang kita susah membedakan mana yang merupakan dilema etika dan bujukan moral, misalnya saja kasus berbohong yang sudah pasti merupakan tindakan salah , meskipun tujuannya baik tetap saja merupakan kesalahan.    Adapun Kesulitan-kesulitan yang dialami di lingkungan saya dalam mengambil keputusan seperti  Kesulitan  yang bersumber pada diri pribadi pengambil keputusan dan  kemampuan  terbatas dalam  memahami informasi yang berkaitan dengan kasus yang ditangani akibatnya  kadang timbul perbedaan pandangan diantara pihak-pihak yang terlibat dalam kasus yang mempersulit tercapainya kesepakatan. Biasanya Kesulitan-kesulitan diatas kembali ke masalah perubahan paradigma lama di lingkungan sekolah namun mulai ada perubahan positif dengan adanya kegiatan calon guru penggerak.

Ada 4 paradigma yang perlu diperhatikan  sebelum mengambil sebuah keputusan dalam dilema etika,  

·    Individu lawan masyarakat (individual vs community)

·    Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)

·    Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)

·    Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)

Selain itu ada tiga prinsip yang yang membantu menghadapi pilihan yang penuh tantangan (Kidder ,2009, hal 144) ketiga prinsip itu adalah

·    Berpikir berbasis hasil akhir (ends-based Thingking)

·    Berpikir berbasis peraturan (rule base thingking)

·    Berpikir berbasis rasa peduli (care base thingking)

Dan bagaimana cara mengujinya? Ini adalah  9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan yang disusun secara berurutan sebagai berikut:

1. Mengenali ada nilai-nilaia yang saling bertentangan dalam situasi ini

2. Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini

3. Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dalam situasi ini

4. Pengujian benar atau salah (Uji legal, Uji Regulasi/Standar Profesiaonal, Uji intuisi, Uji halaman Depan Koran, Uji Panutan/Idola )

5. Pengujian paradigm benar atau salah

6. Prinsip pengambilan keputusan

7. Investigasi Opsi Trilema

8. Buat keputusan

9. Tinjau lagi keputusan Anda dan refleksikan

 

7. Dan pada akhirnya, apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita?

Sebagai seorang pendidik yang merupakan salah satu calaon guru penggerak  saya merasa terbantu dengan penjelasan materi dari modul 3.1 sebab sebelumnya kita sering menemukan dilema namun kita belum bisa mengambil  sebuah keputusan dengan baik baik terutama saat menemuka masalah belajar pada siswa, dengan semua materi yang telah dipelajari dari modul pendidik sudah seharusnya meberikan keputusan yang bersifat positif, membuat siswa merasa nyaman, dan tenang. Semuanya dilakukan untuk  memerdekan siswa dalam mencapai keselamatan dan kebahagiaan belajar mereka. Karena itu, pengambilan keputusan yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran hendaknya dapat “menuntun” dan memberikan ruang bagi murid dalam proses pengajaran untuk merdeka mengemukakan pendapat dan mengekspresikan ilmu -ilmu baru yang didapatnya. Dengan demikian murid-murid dapat belajar mengambil keputusan yang sesuai dengan pilihannya sendiri tanpa paksaan dan campur tangan orang lain.

8. Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Dengan memberi nilai-nilai positif, menciptakan rasa nyaman pada siswa merupakan motivasi seorang pendidik  dalam mengambil keputusan. Pada saat guru menjadi  pemimpin pembelajaran , maka dalam melakukan pengambilan keputusan yang memerdekakan dan berpihak pada murid dipastikan murid-muridnya  belajar menjadi orang-orang yang merdeka, kreatif , inovatif dalam mengambil keputusan yang menentukan bagi masa depan mereka sendiri. Akhirnya murid akan tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang matang, penuh pertimbangan dan cermat dalam mengambil keputusan-keputusan penting bagi kehidupan dan pekerjaannya.

9. Apakah kesimpulan akhir  yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran dengan modul-modul yang telah dipelajari sebelumnya merupakan suatu tidak terpisahkan untuk mencapai kemerdekaan dalam belajar pada murid, Ki Hajar Dewantara dalam menuntut segala proses dan kodrat/potensi anak untuk mencapai sebuah keselamatan dan kebahagiaan belajar, baik untuk dirinya  sendiri, sekolah maupun masyarakat. Selain itu juga dimana proses pembelajaran di seorang pendidik harus bisa melihat kebutuhan belajar pada anak serta mengelolah kompertensi social emosional dalam mengambil sebuah keputusan sebagai pemimpin pembelajaran.

Pendekatan Coaching juga merupakan salah satu pendekatan yang  membantu siswa dalam mencari solusi atas masalahnya sendiri dan hal inilah yang merupakan salah satu trik sebagai seorang pendidik bisa mengetahui permasalahan yang dialami oleh siswa lewat pertanyaan-pemantik saat coaching. Sebagai seorang guru penggerak juga harus mengetahui permasalahan yang dialami oleh rekan sejawat dalam proses pembelajaran dan coahing dapat menemukan jawaban atas setiap pertanyaan untuk menemukan solusi maka terciptalah budaya postif pada lingkungan belajar di sekolah dan komunitas praktisi. Kemampuan mengambil sebuah keputusan dalam dilema etika  dengan menggunakan 4 paradigma tiga prinsip Berpikir  serta  9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan membantu Para pendidik  mampu membuat keputusan sebagai pemimpin pembelajaran merupakan cita-cita guru masa depan, dan proses pengambilan keputusan sesuai dilema etika atau bujukan moral. 


Tidak ada komentar: