Rabu, 08 September 2021

IBADAH SOLUSI UTAMA BUDAYA POSITIF

 

IBADAH SOLUSI UTAMA BUDAYA POSITIF

 



Di SMA Negeri 5 Soppeng, Saya adalah salah satu dari tiga Calon Guru Penggerak. Saya  harus menjadi teladan disiplin Ibadah untuk semua warga sekolah. dan masyarakat sekitar. Saya harus berubah, memperbaiki kekurangan pada warga dan meningkatkan kelebihan yang dimiliki terutama kunci-kunci budaya positif. Namun saya bukanlah orang hebat yang punya sederet prestasi dan penghargaan untuk mengubah semuanya. Saya periksa aktivitas belajar paling banyak bermasalah di siswa laki-laki,  Saya sering menemukan warga sekolah terutama siswa  shalat tidak dilaksanakan, kadang 1 kelas semua laki-lakinya tdk shalat subuh.

Saya melakukan langkah awal membangun budaya positif lewat Shalat ini di se SMA Negeri 5 Soppeng. Langkah ini tentu akan menuai pro dan kontra dari berbagai pihak terutama bagi mereka sudah senang dengan tdk shalat atau menunda-nunda shalat .  Saya harus  mempersiapkan ‘rencana besar’ untuk menjadikan Shalat ini sebagai solusi utama membangun Budaya Positif SMA Negeri 5 Soppeng .  Harus disadari, pendidikan bukanlah membangun sekolah yang megah dan indah, tapi membangun Sumber Daya Manusia Berkarakter, berbudaya positif, dan berilmu.  Sudah dipahami bahwa  Ibadah benar melahirkan Budaya positif yang dinamis.  Pada sisi strategi dan rencana kegiatan (RAKS, RKJM/RKJP) inilah harus dirancang tepat.

 

KOMUNITAS DISIPLIN IBADAH

 

Langkah awal yang telah saya mulai adalah berkolaborasi beberapa teman sejawat yag sudah mulai disiplin ibadah shalat dan disiplin kerja/mengajar, terus  berdiskusi dengan teman sejawat lainya serta beberapa stakeholder untuk rencana ini misalnya dengan pengawas pembina, kepala sekolah, pendamping dan beberapa rekan senior di manajemen sekolah. Tujuannya untuk mengidentifikasi fakta-fakta relevan yang bisa saya kembangkan. Seperti yang saya bayangkan, ada yang mendukung ada juga yang menolak. Banyak hal yang harus saya pertimbangkan, terutama dampak dan penerimaan serta kolaborasi yang mungkin menjadi penghambat Disiplin ini. Disinilah  dilema etika yang saya alami. Namun sepertinya sebagian rekan sejawat mulai melihat teladan ibadah yang berdampak lahirnya Komunitas Disiplin Ibadah . Saya membuka cakrawala dan mindset rekan kerja akan esensi merdeka belajar dalam komunitas. Di semester ini  saya sebagai narasumber IHT Sekolah Penggerak dengan mendesiminasikan apa yang saya dapatkan dalam PGP ini. Prioritas utama dalam  pembelajaran berdiferensiasi  untuk memenuhi kebutuhan belajar siswa, menjadikan  Ibadah sebagai kebutuhan

Langkah berikutnya adalah saya akan menyusun program diseminasi program pembelajaran berdiferensiasi yang terintegrasi disiplin Ibadah dan disipilin kerja  melalui sebuah IHT awal tahun pelajaran nantinya. Saya koordinasi dengan manajemen sekolah untuk bisa merealisasikannya. Ini sangat penting bagi sekolah kami di SMAN 5 Soppeng karena heterogenitas siswa adalah salah satu faktor yan menjadi ‘penghambat’ pembelajaran dan belum ditemukan solusi yang efektif untuk menerapkannya. Sejujurnya, secara pribadi saja telah mencoba menerapkan dalam pembelajaran integrasi disiplin ibadah dan disiplin belajar di kelas untuk diri saya sendiri yang dimaksudkan sebagai ujicoba pilot project efektivitas metode/teknik sebelum didesiminasikan kepada

MISI KOMUNITAS DISIPLIN

Tibalah pada misi besar besar saya yaitu, lahir pembelajaran Berdiferensiasi Integrasi disiplin Ibadah di Sekolah melahirkan budaya positif siswa, guru. Saya menyebutnya Misi Komunitas Disiplin.  Mengapa disebut berdampak besar? Karena Misi Komunitas Disisplin, kunci dalam mewujudkan program sekolah yang diarealisasikan oleh seluruh stakholder. Seluruh program dan reancana kegiatan sekolah harus mengacu pada visi dan misi intergarsi disiplin idaha di sekolah. Karena sejatinya visi dan misi merupakan ekstraksi/intisari cita cita seluruh warga sekolah untuk siswanya. Untuk mewujudkannya tentu saja harus ada kolaborasi dari semua pemangku kepentingan. Langkah awalnya tentu saja saya harus melibatkan pihak-pihak perancang dan pembuat keputusan. Secara kebetulan saya termasuk di dalamnya. Oleh karena itu diskusi intensif, sosialisasi bahkan lobbying perlu dilakukan dalam tahap awal ini saya telah menyampaikan kepada manajemen sekolah mengenai hasil lokakarya bersama kepala sekolah dan pengawas pembina untuk direalisasikan di satuan pendidikan agar terbangun SMAN 5 Soppeng sebagai Sekolah yang masuk Komunitas Disiplin Ibadah dan Disiplin Kerja.

Langkah Selanjutnya yang telah dilakukan adalah membuat skenario kegiatan bersama kepala sekolah dan pendamping. Intinya sudah disepakati bahwa kegiatan akan dilakukan pada akhir tahun pelajaran ini dan diharapkan awal tahun pelajaran sudah terealisasi. Saya mempersiapkan ibu pendamping PGP saya sebagai nara sumber kegiatan untuk mentransformasikan Esensi Komunitas Disiplin di sekolahnya yang hampir sama dan diterapkan di sekolah kami. Sekarang saya akan mengkaji RPP Berdiferensiasi Integarsi Disiplin di sekolah untuk menganalisa bagian-bagian yang harus dipertahankan, dirubah atau ditingkatkan. Saya akan mencoba menerapkan konsep Pebelajaran Berdiferensiasi dalam Pembelajaran Sosial Emosional dalam menyusun Perangkat Ajar yang terintegrasi disiplin Ibadah dan disiplin kerja.

Selanjutnya, menjelang akhir tahun pelajaran ini tiap guru menyusun Perangkat Ajar yang terintegrasi disiplin Ibadah dan disiplin kerja Karena saya ingin  ini berorientasi pada pembelajaran integrasi disiplin  dan menghamba (dalam arti positif)  pada sang anak. Rencana Perangkat Ajar Integrasi disiplin yang baru ini akan disosialisasikan pada akhir tahun pelajaran, dan secara efektif diharapkan mulai diberlakukan pada tahun ajaran mendatang setelah semua legalitasnya terpenuhi bersama dengan penyerahan KTSP, RAKS, dan RPJP sekolah ke dinas pendidikan.

 

Semoga Bermanfaat, dengan terwujudnya Komunitas Disiplin Ibadah dan Disiplin kerja, aamiin


Tidak ada komentar: